Jika aku ditanya berapa jumlah pintu dan jendela masjid pesantren, masjid berkapasitas lima ribu orang, maka hanya kebisuan yang bisa ku berikan. Sambil menggeleng dan mengangkat bahu pertanda tidak tahu.
Meskipun delapan tahun aku di pesantren. Entah berapa kali kedua kakiku keluar masuk masjid. Entah berapa kali ku terkantuk-kantuk berada di dalamnya. Tetap saja ku tak tahu jawaban atas pertanyaanmu itu.
Pertanyaan serupa kau tanyakan kepada Rasul. Ketika beliau “pulang” dari perjalanan “singkat”nya dari Masjidil Haram semalam. Lain halnya denganku, dengan mudahnya beliau memberi jawaban kepada ia yang meragukannya. Jawaban kepada mereka yang mengatakan beliau “gila”.
Lantas, masihkah kau meragukan mukjizat beliau? “Hadiah” atas duka mendalam. Kepergian dari yang dicintanya. Masihkah kau ragu kawan?
Rumah, 31 Mei 2016